Senin, 18 November 2013

adat pangkep mappalili

Mappalili Tanda Permulaan Musim Tanam 

 

ini dia satu budaya kita lagi dr Pangkep Sul-Sel, ade'-budayata' maneng sappo, parellu riita,rijagai,nari pakessingi ampe-ampeta' maneng laori ade'ta

MAPPALILI

 Acara adat sebagai suatu kekayaan budaya dan tradisi tetap dipertahankan di bagian wilayah Sulawesi Selatan untuk mengawali musim.

Acara adat "Mappalili" yang dipimpin Bissu atau Puang Matoa menandai permulaan musim tanam di Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan.

"Upacara adat yang dilakukan turun-temurun diyakini masyarakat setempat sebagai pedoman bagi petani untuk memulai musim tanam padi," kata Bissu Puang Saidi yang juga ketua adat di rumah adat Arajang Segeri, Kabupaten Pangkep, .

Dia mengatakan, ketika pemerintahan dipegang oleh raja pada zaman prasejarah, bissu dipercayakan menjadi pemimpin upaca adat tersebut, termasuk menentukan penetapan hari pelaksanaannya.

Namun seiring perubahan sistem pemerintahan, penetapan hari H upacara adat itu sudah mendapat campur tangan pihak pemerintah.



Setelah ada usulan penetapan Mappalili, lanjut Bissu, pihaknya masih menunggu kesiapan pejabat pemerintah mulai lurah, camat hingga bupati untuk hadir pada kegiatan ritual prosesi tanam padi pada musim hujan yang dilakukan sekali setahun.

Lebih jauh dia mengatakan, setelah acara Mappalili digelar oleh pihak bissu Kerajaan Segeri, masyarakat setempat barulah menanam padi di sawah. Hal itu sudah turun-temurun dilakukan.

"Masyarakat meyakini itu. Kalau ada yang melanggar atau mendahului menanam padi sebelum acara adat digelar, biasanya mendapat bala atau tanamannya puso," imbuh sekretaris panitia acara Mappalili Muh Arifin Mude.

Acara adat Mappalili yang digelar selama tiga hari mulai 14 - 16 November 2010, diawali dengan acara "atteddu arajang" atau membangunkan alat pembajak yang bertuah, kemudian "arajang ri'alu" atau mengarak pembajak sawah keliling kampung diiringi musik tradisional dan pemangku adat yang menggunakan baju adat.

Puncak acara pada hari ketiga yakni "majjori" atau memulai membajak sawah peninggalan Kerajaan Segeri. Acara tersebut tak kalah meriahnya dengan dua acara sebelumnya. Karena setelah prosesi majjori itu dilakukan, diikuti acara siram-siraman air sebagai bentuk suka-cita oleh pemangku adat dan masyarakat setempat.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar